Koper Berisi Bom di Stasiun Kereta Api Jerman
Lima hari selepas ditemukannya dua koper yang diduga berisi bom di stasiun kereta api Dortmund dan Koblenz, pihak kejaksaan federal menyebutkan kasus tersebut tidak cukup bukti untuk bisa dituduh sebagai upaya teror, apalagi jika dikaitkan dengan konflik di Libanon. Dilansir harian yang terbit di Köln, KSTA (5/8), petugas menyebutkan tidak bisa secara mudah menghubungkan satu hal dengan hal lainnya. Dengan demikian spekulasi yang berkembang –sudah tentu- mendiskreditkan Islam dianggap mental.
Awal Agustus silam ditemukan dua koper masing-masing di kereta api tujuan Moenchengladbach-Koblenz dan Aachen-Dortmund-Hamm. Petugas stasiun merasa curiga dengan koper yang disimpan di bagian pengumpulan barang hilang itu. Pihak kepolisian menyebutkan isi koper persis sama, yakni 11 liter gas propana, gas butana, 4,5 liter bensin, sebuah jam weker, dan pemicu ledakan. Selama beberapa jam stasiun Dortmund siaga penuh dan warga tidak diperkenankan melewati kawasan police line.
Koper yang ditemukan di Dortmund bermerk “E-Go“, sementara di Koblenz “Sunpeak“. Frank Vogt, kepala personalia penyalur koper E-Go Dortmund menyatakan mereka menjual model sejenis baru beberapa bulan silam seraya menyebutkan barang-barangnya juga ditawarkan via internet. Namun di Koblenz, tidak ditemukan penyalur koper bermerk Sunpeak. Tampaknya pihak kepolisian hendak melacak pembeli koper-koper tersebut.
Petugas juga tidak menemukan orang yang dicurigai berdasarkan rekaman kamera video. Patut diketahui, sejak tahun 2003 seluruh stasiun kereta api di Jerman dipasang kamera video pemantau. Di Köln sebagai contoh, terdapat 80 kamera yang bertebaran di setiap sudut stasiun. Pemasangan kamera ini berkaca pada kasus di kota Dresden tahun 2003 saat ditemukannya koper berisi bom. Terakhir diketahui kasus ini sebagai upaya pemerasan.
Zulkarnain Jalil, dari Jerman, Serambinews