Lebanon Menangis

Monday, August 07, 2006

Koper Berisi Bom di Stasiun Kereta Api Jerman

Lima hari selepas ditemukannya dua koper yang diduga berisi bom di stasiun kereta api Dortmund dan Koblenz, pihak kejaksaan federal menyebutkan kasus tersebut tidak cukup bukti untuk bisa dituduh sebagai upaya teror, apalagi jika dikaitkan dengan konflik di Libanon. Dilansir harian yang terbit di Köln, KSTA (5/8), petugas menyebutkan tidak bisa secara mudah menghubungkan satu hal dengan hal lainnya. Dengan demikian spekulasi yang berkembang –sudah tentu- mendiskreditkan Islam dianggap mental.

Awal Agustus silam ditemukan dua koper masing-masing di kereta api tujuan Moenchengladbach-Koblenz dan Aachen-Dortmund-Hamm. Petugas stasiun merasa curiga dengan koper yang disimpan di bagian pengumpulan barang hilang itu. Pihak kepolisian menyebutkan isi koper persis sama, yakni 11 liter gas propana, gas butana, 4,5 liter bensin, sebuah jam weker, dan pemicu ledakan. Selama beberapa jam stasiun Dortmund siaga penuh dan warga tidak diperkenankan melewati kawasan police line.

Koper yang ditemukan di Dortmund bermerk “E-Go“, sementara di Koblenz “Sunpeak“. Frank Vogt, kepala personalia penyalur koper E-Go Dortmund menyatakan mereka menjual model sejenis baru beberapa bulan silam seraya menyebutkan barang-barangnya juga ditawarkan via internet. Namun di Koblenz, tidak ditemukan penyalur koper bermerk Sunpeak. Tampaknya pihak kepolisian hendak melacak pembeli koper-koper tersebut.

Petugas juga tidak menemukan orang yang dicurigai berdasarkan rekaman kamera video. Patut diketahui, sejak tahun 2003 seluruh stasiun kereta api di Jerman dipasang kamera video pemantau. Di Köln sebagai contoh, terdapat 80 kamera yang bertebaran di setiap sudut stasiun. Pemasangan kamera ini berkaca pada kasus di kota Dresden tahun 2003 saat ditemukannya koper berisi bom. Terakhir diketahui kasus ini sebagai upaya pemerasan.

Zulkarnain Jalil, dari Jerman, Serambinews

Pasukan Jihad Indonesia di Media Jerman

Ada hal yang menarik ketika menyimak berita di media Jerman Sabtu kemarin (5/8). Pasalnya sebagian besar menyiarkan berita perihal bakal berangkatnya ratusan relawan jihad dari Gerakan Pemuda Islam (GPI) ke medan tempur Libanon. Media cetak terkemuka seumpama der Spiegel, Netzeitung, Hamburger Abendblatt, ataupun media elektronik seperti stasiun televisi berita N24 dan N-TV menempatkannya sebagai salah satu pokok berita. Khususnya N-TV, boleh dikatakan setiap hari indeks beritanya praktis hanya berisi tentang konflik Libanon.

Diantara sekian banyak media massa itu, mungkin cuma der Spiegel yang menyebut relawan tersebut sebagai kelompok radikal Indonesia. Media lainnya memandang hal tersebut sebagai bentuk simpati sesama muslim. Mereka mengaitkannya pula dengan pernyataan salah satu petinggi GPI, Suaib Didu yang menyatakan tujuan ke Libanon sebagai upaya menjaga muslim dari serangan Israel. Dan menyebut Indonesia sebagai penganut Islam terbesar di dunia.
S
ebagaimana dilansir detikcom, ratusan orang melamar untuk menjadi sukarelawan jihad ke Libanon. Misalnya GPI yang telah menyiapkan 160 orang untuk bergerak ke kawasan bergolak Timur Tengah itu. Atau Komite Penegakan Syariat Islam di Sumbar yang juga membuka pendaftaran jihad. MUI sendiri mengaku tidak bisa melarang solidaritas pemuda yang siap jihad untuk kawasan Timteng (utamanya Palestina dan Libanon) tersebut. Di samping menyebutkan solidaritas lain dalam bentuk bantuan material atau obat-obatan.

Sementara itu ZMD –MUI-nya Jerman- telah menyerukan agar mesjid-mesjid seluruh Jerman menyelenggarakan shalat ghaib untuk korban di Libanon serta memanjatkan doa supaya konflik yang telah merenggut ribuan jiwa tersebut cepat berakhir.

Israel memang keras kepala, cara diplomasi tampaknya juga tak bisa menghentikan kebrutalan “anak angkat” AS ini. Sehingga tentara Libanon yang sebelumnya hanya berdiam diri kini pun turun ke medan tempur. Laporan terkini Netzeitung (5/8) menyebutkan bahwa di wilayah Tyrus tentara Libanon hari Sabtu pagi untuk pertama kalinya terlibat dalam pertempuran mempertahankan kawasannya dari serbuan Israel. Militer Libanon mulai menempatkan pertahanan udaranya selepas helikopter tempur Israel melepaskan beberapa roketnya ke arah kota pelabuhan itu.

Zulkarnain Jalil, Jerman, Serambinews (8/8)

Thursday, August 03, 2006



Demo anti Israel di Bremen (Foto: arsip)



Demo anti Israel di Berlin (Foto: arsip)


Masya Allah, lagi korban kebengisan Israel di Kana (Foto: arsip, kiriman Haitham Sabbah, Bahrain).



Petugas palang merah membopong mayat anak Kana. (Foto: arsip, kiriman Haitham Sabbah, Bahrain)

Monday, July 31, 2006

Anak-anak tak berdosa itu...

"Es ist ein Massaker !" (Ini pembantaian !), tulis N-TV sebuah stasiun televisi berita Jerman di situsnya menyikapi puluhan korban akibat serangan udara Israel ke kota kecil Kana, selatan Libanon hari Minggu kemarin (30/7). Seorang pekerja sosial dari palang merah terlihat menangis sembari membopong mayat seorang anak dengan latar belakang bangunan yang rusak total. Menurut keterangan polisi dan saksi mata, korban mencapai 60 orang, diantaranya 27 orang anak-anak. Para korban itu ditemukan di ruang persembunyian bawah tanah.

Zarawa, pengisi tetap rubrik opini harian Jerman yang terbit di Duesseldorf, Rheinische Post, mengaku miris dengan banyaknya korban di kalangan anak-anak. Wanita Arab yang tetap setia dengan jilbabnya ini dan banyak menulis opini tentang Islam dari sisi sebenarnya, dalam kolomnya menulis: “Saya sungguh terkejut ketika melihat sebuah foto di Spiegel Online, dimana anak-anak Israel sedang menulis “ucapan selamat“ kepada anak-anak Lebanon pada sebuah bom. Dan gambar penerima “ucapan selamat“ itu –anak Lebanon- saya lihat hari ini di televisi dan pers Arab. Sesuatu yang tidak pernah dimuat di sebagian media Barat lainnya. Gambar bisa bercerita lebih banyak daripada kata-kata“.

Siangnya seorang turis perempuan Jerman yang berhasil keluar dari Lebanon, tempat ia dan suaminya pernah tinggal, terlihat menangis di depan kamera stasiun televisi swasta ZDF. Di sela-sela tangisan, tampaknya ia ingin mengucapkan sepatah kata walau sangat sulit. Dia menyatakan kekecewaannya dengan pemberitaan sepihak sejumlah media barat. Kemudian dia menangisi nasib orang-orang, khususnya anak-anak yang masih tinggal di selatan Lebanon yang dibombardir. Setelah itu dia tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi.

Myrna Bustani, yang tahun 1963 menjadi wanita pertama yang duduk di parlemen Lebanon, dalam satu wawancaranya dengan harian Jerman Sueddeutsche berujar: “Israel benar-benar sudah jadi gila. Mereka menghancurkan negeri berpenduduk tiga juta dengan alasan mencari dua tentaranya yang ditawan.“

Sementara itu pemerintah Perancis spontan mengkritik tajam serangan Israel ke Kana tersebut. “Perancis mengutuk aksi tak beradab ini. Harus segera diberlakukan genjatan senjata“, demikian bunyi pernyataan Presiden Jacques Chirac.

Tak kurang Jack Straw, mantan menlu Inggris “berang“ dengan aksi Israel ini. “Kalau Anda mau cari Hizbullah, jangan hancurkan seluruh negara Lebanon“, ujar Jack Straw yang juga mendesak agar gencatan senjata segera diberlakukan. Sebelumnya di berbagai kota di Eropa seperti Jerman, Perancis, Swiss, dan Inggris ribuan orang menggelar aksi unjuk rasa menentang agresi Israel di Libanon.

Demikian gambaran kepedihan di hari Minggu kemarin. Mari lakukan sesuatu, sepotong do’a sekalipun, dalam setiap kesempatan.

(Zulkarnain Jalil dari Jerman untuk Serambinews, 31/7).

Unjuk Rasa Anti Israel di Berlin

"Tod Israel ! “, Matilah Israel !, demikian bunyi salah satu spanduk yang dibawa oleh para pengunjuk rasa di Berlin. Jumat kemarin (21/7) umat Islam di ibukota Jerman, Berlin menggelar aksi unjuk rasa menentang agresi Israel di Libanon. Ribuan umat Islam berbagai usia saat itu tumpah ke jalan raya.

Diperkirakan sekitar 2700 orang ikut dalam unjuk rasa anti militerisme Israel di Libanon itu. Aksi tersebut berlangsung secara tertib dan damai, kendatipun begitu polisi turut dikerahkan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Beberapa peserta demonstrasi menunjukkan berbagai macam kekecewaannya melalui spanduk yang mereka bawa.

Aksi anti Israel tersebut berawal dari kawasan Adenauerplatz di Charlottenburg hingga Savignyplatz. Para pengunjuk rasa juga membawa bendera Palestina dan Libanon. Dari berbagai macam spanduk yang dibawa, diantaranya tertulis: “Hentikan perang, Israel !“, “Israel, Pembunuh Anak-anak !“. Ada pula yang bernada dukungan solidaritas kepada pimpinan pejuang Hizbullah Hassan Nasrullah, “Kami bersama kamu“.

Teriakan-teriakan anti Israel menggema dari bibir-bibir pengunjuk rasa tersebut. Misalnya, “Hentikan segera pembunuhan massal !“, “Uni Eropa, Jerman jangan diam saja!“, dll.

Heike Hänsel, anggota parlemen Jerman dari partai kiri PDS menegaskan dukungan atas aksi unjuk rasa itu. Wanita ini menuduh Israel telah menyebabkan kehancuran dan meminta pemerintah Jerman agar mendesak segera gencatan senjata tanpa syarat.

Sebagian besar peserta unjuk rasa datang atas dasar solidaritas kemanusiaan. Mereka terdiri dari berbagai organisasi seperti organisasi perdamaian se-Jerman, WASG Berlin-Neuköln, Organisasi Masyarakat Arab-Jerman, dan Forum Arab-Berlin.

Sebelumnya, hari Senin (17/7) juga berlangsung demo yang dipusatkan di kawasan bersejarah Brandenburger Tor, Berlin. Sekitar 1500 umat Islam hadir dalam aksi yang berlangsung simpatik tersebut.

Para peserta unjuk rasa memperoleh pengumuman aksi ini melalui selebaran, e-mail, ada juga melalui rekan dan sejawat terdekat. “Sebenarnya kami ingin melakukan aksi di depan Bundeskanzleramt (Pendopo Kanselir), namun mendapat larangan“, tukas Silke Lode, dari organisasi perdamaian Jerman, Mahnwache. Rekannya, seorang warga Jerman yang bekerja di Beirut melaporkan secara rutin tentang keadaan terkini di Libanon.
“Dia melihat sendiri bom di dekat balkon tempatnya bekerja“, imbuh Lode.

Menarik dicermati, banyak dari pengunjuk rasa punya teman atau kerabat di Libanon. Rosie Ziesmer misalnya, yang menikah dengan seorang pria Libanon. Anak perempuannya ikut si ayah liburan ke Libanon. Ziesmer mendapatkan informasi aksi ini melalui forum Arab via internet. Ia terlihat sangat bersemangat mengibar-ngibarkan bendera Libanon yang ada di tangannya. “Inilah yang bisa saya lakukan“, ujar Ziesmer. Hentikan perang itu Israel !
(Zulkarnain Jalil dari Jerman untuk Serambinews, 24/7).